Minggu, 21 November 2010

PUISI KEHIDUPAN


INDAH PADA SAAT YANG TEPAT


“Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang
Untuk menjalani kehidupan menuju ridho-Nya
Bersabarlah dengan keindahan……
Demi Alloh dia tidak datang karena ketampanan, kepintaran, kekayaan
Tapi Alloh lah yang menggerakkan hati seseorang
Jangan tergesa mengekspresikan cinta kepada dia
Sebelum Alloh mengizinkan
Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu
Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Alloh
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat
Alloh akan menjawabnya dengan lebih indah disaat yang tepat”

KEHIDUPAN MIKROBA


POKOK BAHASAN:
1.       Pertumbuhan Mikroba
A.      Definisi Pertumbuhan Populasi 
Pertumbuhan yaitu penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pada jasad bersel tunggal  (uniseluler) yaitu pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu artinya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri.  Pada jasad bersel banyak (multiseluler) yaitu
pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara : pertumbuhan  masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel (pertumbuhan populasi) .
Contoh pada bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner yaitu dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru. pertumbuhan diukur dari bertambahnya  jumlah  sel. Waktu yang  diperlukan untuk membelah  diri  dari  satu  sel menjadi  dua  sel  sempurna  disebut   WAKTU GENERA
Doubling  Time  atau  Waktu  penggandaan yaitu Waktu  yang  diperlukan  oleh sejumlah  sel  atau  massa  sel  menjadi  dua  kali  jumlah/massa  sel  semula .
§  tidak  sama  antara berbagai mikrobia
§  dari beberapa menit, sampai beberapa hari
§  tergantung kecepatan pertumbuhannya
Kecepatan  Pertumbuhan  adalah perubahan  jumlah atau massa sel per unit waktu.

B.      Penghitungan Waktu Generasi
Dari hasil pembelahan sel secara biner:

1 sel menjadi 2 sel
2 sel menjadi 4 sel               21 menjadi 22  atau 2 x 2
4 sel menjadi 8 sel               22 menjadi 23  atau 2 x 2 x 2
Dari hal tersebut dapat dirumuskan menjadi:
                                          N = N0 2n
N: jumlah sel akhir, N0: jumlah sel awal, n: jumlah generasi
Waktu Generasi = t/n
t: waktu pertumbuhan eksponensial
n: jumlah generasi
Dalam bentuk logaritma, rumus N = N0 2n    menjadi:

log N = log N0 + n log 2
log N – log N0 = n log 2

               log N – log N0           log N – log N0
        N =                                =
                          log 2                        0,301



Contoh:  N = 108, N0 = 5x107, t = 2

Dengan rumus dalam bentuk logaritma:
                   log 108 – log (5x 107)             8 – 7,6
          N =                                               =                         =  1
                                0,301                             0,301
Jadi      
Waktu Generasi =
  
t/n = 2/1 = 2 jam
Waktu  generasi  juga  dapat  dihitung  dari  slope  garis  dalam  plot  semilogaritma  kurva pertumbuhan  eksponensial,  yaitu dengan  rumus:       slope = 0,301/ waktu  generasi
Dari contoh tadi didapat slope  =  0,15  sehingga  diperoleh :
0,15 = 0,31/waktu generasi
Jadi Waktu Generasi=  0,31/0,15 = 2 jam

C.      Pengukuran Pertumbuhan
Pertumbuhan diukur  dari  perubahan.  JUMLAH SEL  atau  berat  kering  massa  sel.
JUMLAH SEL dihitung dari jumlah sel total (keseluruhan) dengan tidak membedakan sel hidup atau  mati (viable  count) pengamatan  mikroskopis :
§  sampel kering (slide)
§  sampel cairan
cara di atas disebut metode counting chamber .

Alat Untuk Menghitung Mikroba
§  alat Petroff-Hausser Bacteria Counter  (PHBC)    untuk menghitung bakteri
§  alat Haemocytometer untuk menghitung  khamir,   spora,  atau  sel-sel  yang  ukurannya  relatif  lebih    besar  dari bakteri
Cara Menghitung Jumlah Sel Hidup
Metode Plate Count atau Colony Count:
§  Metode taburan permukaan      (spread plate method)
§  Metode taburan      (pour  plate  method) cara:  ditaburkan  pada  medium  agar , sehingga  satu  sel  hidup  akan  tumbuh membentuk satu koloni
kesimpulan: jumlah koloni dianggap setara dengan jumlah sel
Filter Membran dan Most Probable Number :
§  Menggunakan medium cair
§  Sampel mikrobia dibuat seri pengenceran

Pertumbuhan Sel diukur dari massa sel secara tidak langsung mengukur  TURBIDITAS  (tingkat kekeruhan) cairan  medium  tumbuh.
Cara Perhitungan:
Massa  sel  dipisahkan  dari  cairan mediumnya  menggunakan  alat  sentrifus  (pemusing)  sehingga  dapat  diukur  volume massa selnya atau diukur berat keringnya (dikeringkan dahulu dengan suhu  90-1100C  semalam), umumnya  berat  kering  bakteri  adalah  10-20 %  dari  berat basahnya.
Photometer  (penerusan  cahaya) : semakin  pekat  atau  semakin  banyak  populasi mikrobia maka  cahaya  yang  diteruskan semakin  sedikit .
Spektrofotometer  (optical density/OD) : terlebih dahulu dibuat kurva  standar berdasarkan pengukuran  jumlah sel baik  secara  total maupun  yang hidup  saja atau berdasarkan berat  kering  sel.

D.      Pertumbuhan Populasi Mikroba
BAKTERI akan tumbuh memperbanyak diri. Jika jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu akan diperoleh: Kurva Pertumbuhan .
Kurva pertumbuhan mikroba

Keterangan:
Lag phase                                            : dimana awal mula terjadinya pertumbuhan mikroba
Exponential growth phase           : mikaroba mengalami pertumubuhan yang cepat karena mampu berkembangbiak dengan pembelahan biner
Stationary phase                              : mngalami kestabilan stelah lama-kelamaan akan mati karena kekurangan nutrisi
Death phase                                       : mati karena kekurangan nutrisi
Untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia dilakukan dengan cara membiakan mikrobia dua sistem pembiakan mikrobia, yaitu:
Biakan  Sistem  Tertutup  (Batch  Culture)
Biakan  Sistem  Terbuka  (Continous Culture)
Biakan  Sistem  Tertutup (Batch  Culture) : Pengamatan  jumlah  sel  dalam waktu  yang  cukup lama  akan  memberikan  gambaran  berdasarkan  Kurva  Pertumbuhan terdapat beberapa fase-fase pertumbuhan .
Fase-Fase pada Kurva Pertumbuhan  :
1.       Fase  Permulaan
2.       Fase Pertumbuhan  yang  dipercepat
3.       Fase  Pertumbuhan  logaritma  (eksponensial)
4.       Fase Pertumbuhan  yang  mulai  dihambat
5.       Fase  Stasioner  maksimum
6.       Fase  Kematian dipercepat
7.       Fase Kematian logaritma
·         Fase  Permulaan: Bakteri baru menyesuaikan diri dengan  lingkungan  yang baru,  sehingga  sel belum membelah diri .
·         Fase Pertumbuhan  dipercepat: Sel mikrobia mulai membelah diri, tetapi  waktu  generasinya  masih  panjang.Fase permulaan sampai  fase pertumbuhan  dipercepat disebut  Lag  Phase .
·         Fase  Pertumbuhan  logaritma  (Eksponensial): Kecepatan sel  membelah  diri  paling  cepat dengan waktu generasi pendek dan konstan; metabolisme sel paling aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan  jumlah konstan  sampai  nutrien  habis; terjadinya penimbunan  hasil  metabolisme menyebabkan mulai terhambatnya pertumbuhan.
·         Fase Pertumbuhan  yang  mulai  dihambat: Kecepatan pembelahan sel berkurang dan  jumlah sel yang mati mulai bertambah.
·         Fase  Stasioner  maksimum: Jumlah  sel  yang mati  semakin meningkat sampai  terjadi  jumlah sel hidup =  jumlah sel mati, sehingga jumlah sel hidup konstan, seolah-olah pertumbuhan nol.
·         Fase  Kematian dipercepat : kecepatan  kematian  sel  terus  meningkat sedang  kecepatan  pembelahan  sel  nol.
·         Fase Kematian logaritma : kecepatan  kematian  sel  maksimal,  sehingga  jumlah  sel  hidup  menurun dengan cepat seperti deret ukur. Penurunan  jumlah sel hidup  tidak mencapai nol, sel mikrobia akan tetap bertahan sangat lama dalam medium .

Biakan Sistem Terbuka(Continuous Culture) :
§  Sel dipertahankan  terus  menerus  pada  fase pertumbuhan eksponensial atau logaritma
§  Ukuran  populasi  dan  kecepatan  pertumbuhan  dapat  diatur  pada  nilai konstan menggunakan  khemostat
§  Untuk mengatur  proses  di  dalam  khemostat,  diatur kecepatan  aliran  medium  dan  kadar  substrat  (nutrien  pembatas)
§  Sebagai  nutrien pembatas dapat menggunakan sumber C (karbon), sumber N, atau faktor tumbuh
§  Ada aliran keluar untuk mempertahankan volume biakan dalam khemostat  sehingga  tetap  konstan  (misal  V ml), jika  aliran masuk  ke  dalam  tabung biakan adalah W ml/jam, maka kecepatan pengenceran kultur  (Dilution  rate) adalah:
                                               D = W/V per jam
§  Populasi  sel  dalam  tabung biakan  dipengaruhi  oleh  peningkatan  populasi  sebagai  hasil  pertumbuhan dan pengenceran kadar sel akibat penambahan medium baru dan pelimpahan aliran keluar tabung biakan
Kecepatan pertumbuhannya dirumuskan sebagai berikut:
dX/dt = µ X – DX = (µ - D) X
Pada keadaan mantap (steady state):
maka µ = D, sehingga dX/dt = 0
§  Dengan  sistem  ini  sel  seolah-olah  dibuat  dalam  keadaan  setengah  kelaparan (nutrien  sebagai pembatas)
§  Kadar  nutrien  yang  rendah  menyebabkan  kecepatan pertumbuhan  berbanding  lurus  dengan  kadar  nutrien  atau  substrat  tersebut,  sehingga kecepatan pertumbuhan adalah sebagai fungsi konsentrasi nutrien, dengan persamaan:
µ = µmax S / (Ks + S)
µmax:  kecepatan pertumbuhan pada keadaan nutrien   
                     berlebihan
S         : konstante nutrien
Ks      : konstante pada konsentrasi nutrien saat µ = ½
                     µmax                                                                          
uraian di atas DISEBUT KHEMOSTAT



2.       Faktor Lingkungan Mikroba
FAKTOR  ABIOTIK
1.       Suhu
2.       Kandungan Air (pengeringan)
3.       Tekanan Osmose
4.        Ion-ion dan Listrik

 Alasan Mikroba Termofil tahan  hidup  pada  suhu  tinggi
§  mempunyai membran  sel  yang mengandung  lipida  jenuh,  sehingga titik  didihnya  tinggi  
§  dapat memproduksi  protein  termasuk  enzim  yang  tidak terdenaturasi pada suhu tinggi
§  Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi
§  Kelompok ini mempunyai  suhu minimum 40 0C, optimum pada  suhu 55-60 0C dan  suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75 0C

Bakteri yang hidup di dalam  tanah dan air, umumnya bersifat mesofil,  tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50 0C  (termotoleran)
§  Contoh bakteri mesofil yang termotoleran (dapat  
hidup diatas 50 0C ) adalah Methylococcus  
capsulatus
§  Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium,
Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur 
§  Contoh bakteri psikrofil adalah bakteri yang hidup di
laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella)


 Pengaruh Suhu tinggi
Apabila  mikroba  dihadapkan  pada  suhu  tinggi  diatas  suhu  maksimum,  akan memberikan beberapa macam reaksi:
1.       Titik Kematian Thermal, adalah suhu yang dapat mematikan  spesies  mikroba  dalam  waktu  10  menit  pada  kondisi  tertentu
2.       Waktu Kematian Thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies mikroba pada  suatu  suhu  yang  tetap.

Pengaruh Suhu Rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan metabolisme,  akibat-akibatnya adalah:
1.       Cold shock: penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik
2.       Pembekuan  (freezing) : rusaknya  sel  dengan  adanya  kristal  es    di  dalam  air intraseluler
3.       Lyofilisasi: proses  pendinginan  dibawah  titik  beku  dalam  keadaan vakum secara bertingkat

TEKANAN OSMOSIS
Tekanan  osmosis  sangat  erat  hubungannya  dengan  kandungan  air . Apabila mikroba  diletakkan  pada  larutan  hipertonis,  maka  selnya  akan  mengalami  plasmolisis,  yaitu terkelupasnya  membran  sitoplasma  dari  dinding  sel  akibat  mengkerutnya  sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis,maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan mikroba dapat dikelompokkan menjadi:
Mikroba Osmofil :tumbuh  pada  kadar  gula  tinggi,  contoh beberapa jenis khamir, mampu tumbuh pada  larutan  gula  dengan  konsentrasi  lebih  dari  65 % wt/wt  (aw  =  0,94)
Mikroba  Halodurik:  tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi (30 %)
Mikroba  Halofil :dapat  tumbuh  pada  kadar  garam  yang  tinggi, contoh: bakteri yang  termasuk Archaebacterium,  misalnya Halobacterium


Ion-ion lain
  Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar  rendah dapat bersifat meracuni (toksis) karena mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh  logam berat pada kadar rendah. Ion-ion  lain  seperti ion sulfat,  tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat dapat mengurangi pertumbuhan  mikroba  tertentu dan sering  digunakan  dalam  pengawetan  makanan, senyawa  lain  misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam sorbat.

Tegangan Muka
§  Tegangan muka mempengaruhi  cairan  sehingga  permukaan  cairan  tersebut menyerupai membran  yang  elastis
§  Perubahan  tegangan  muka  dinding  sel  akan mempengaruhi  pula  permukaan  protoplasma, akibatnya  mempengaruhi pertumbuhan dan morfologi  mikroba
§  Zat-zat  seperti  sabun,  deterjen,  dan  zat-zat pembasah  (surfaktan)  dapat  mengurangi  tegangan  muka cairan/larutan
§  Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi


Tekanan Hidrostatik
§  Umumnya  tekanan  1 - 400  atm  tidak  mempengaruhi  atau  hanya  sedikit  mempengaruhi  metabolisme  dan pertumbuhan  mikroba, tekanan  hidrostatik  yang  lebih  tinggi  akan  menghambat  atau menghentikan  pertumbuhan, karena dapat menghambat  sintesis RNA, DNA, dan protein,  serta mengganggu  fungsi  transport membran  sel maupun mengurangi aktivitas  berbagai macam  enzim
§  Tekanan  diatas  100.000  pound/inchi2 menyebabkan  denaturasi protein, tetapi  ada mikroba  yang  tahan hidup  pada  tekanan  tinggi  (mikroba  barotoleran), dan yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (mikroba barofilik), umumnya mikroba laut adalah barofilik  atau barotoleran, contoh: bakteri Spirillum
h. Getaran
§  Getaran mekanik dapat merusak dinding sel dan membran sel mikroba, dipakai  untuk memperoleh  ekstrak  sel  mikroba dengan  cara  menggerus  sel-sel  dengan  menggunakan  abrasif  atau  dengan  cara pembekuan  kemudian  dicairkan  berulang  kali atau dengan getaran  suara  100-10.000 kali/detik  juga  dapat digunakan untuk memecah sel mikroba

FAKTOR BIOTIK
1.       Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi Positif :
§  Meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan kepadatan populasi
§  Disebut juga kooperasi, contoh: pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni
Interaksi Negatif :
§  Menurunkan kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi, misal: populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas
§  Disebut juga kompetisi, contoh: interkasi jamur Fusarium dan Verticillium menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun

2.       Interaksi antar populasi mikroba
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain
Antar jasad dalam satu populasi atau antarpopulasi jasad yang satu dengan yang lain saling berinteraksi
a.       Netralisme
§  Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi dan terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat
§  Netralisme terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora, kista). Contoh: interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autocthonous (indigenous)
b. Komensalisme
§  Hubungan terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contoh: Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein digunakan oleh Legionella pneumophila. Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobik Methanobacterium
c. Sinergisme
§  Menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat
§  Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme yang sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara alami

d. Mutualisme (Simbiosis)
§  Asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan
§  Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi tidak dapat digantikan oleh spesies lain yang mirip. Contoh: bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil akar tanaman kacang-kacangan
e. Kompetisi
§  Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian yang ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya
§  Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien/makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contoh: antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia
f. Amensalisme (Antagonisme)
§  Asosiasi antar spesies yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun
§  Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain, misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contoh: bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat. Asam tersebut dapat menghambat pertumbuhan


g. Parasitisme
§  Terjadi antara dua populasi, satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (host/inang)
§  Terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik, ukuran parasit biasanya lebih kecil dari Inangnya dan memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif  lama. Contoh: Jamur Trichoderma sp. Memparasit jamur Agaricus sp.
h. Predasi
§  Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain (prey)
§  Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat
§  Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan Paramaecium caudatum (prey)

3.       Nutrisi dan Medium Mikroba
Medium adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi, bahan pembangun sel, dan sintesis protoplasma serta bagian-bagian sel lainnya. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Penyusun utama sel adalah C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain. Air 80-90 %, dan bagian lain 10-20 % terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan, polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain.
A.      FUNGSI NUTRISI UNTUK MIKROBA
§  Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Contoh: Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik, Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen yang lain
§  Mikroba dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat (tergolong tipe holozoik ) maupun cair (tergolong tipe holofitik)
§  Mikroba holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler (extracorporeal digestion)

Bahan makanan yang digunakan berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron .Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu:



air
sumber energi
sumber karbon
sumber aseptor elektron
sumber mineral
faktor tumbuh
sumber nitrogen

Air. Komponen utama sel mikroba dan medium dan sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi dan sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.
Sumber Energi. Beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya matahari
Sumber Karbon. Berbentuk senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Berbentuk senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama.
Sumber  Aseptor Elektron. Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari substrat. Elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron, ialah agensia pengoksidasi . Yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3, NO2, N2O, SO4, CO2, dan Fe3+
Sumber  Mineral
Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P dan yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl
Unsur mineral mikro ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya
Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam medium melalui kontaminasi tempat medium atau lewat partikel debu.
Unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential) medium

Faktor Tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino sebagai penyusun protein; basa purin dan pirimidin sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.
Sumber Nitrogen. Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara, mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.

B.      PENGGOLONGAN MIKROBA BERDASARKAN NUTRISI DAN OKSIGEN
Berdasarkan Sumber Karbon
1.       Jasad Ototrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik, misalnya CO2 dan senyawa karbonat
2.       Jasad Heterotrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik, yang dibedakan menjadi:
a.       Jasad Saprofit ialah jasad yang dapat menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa jasad hidup atau sisa jasad yang telah mati
b.      Jasad Parasit ialah jasad yang hidup di dalam jasad hidup lain dan menggunakan bahan dari jasad inang (hospes)-nya, jasad parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada inangnya disebut jasad patogen
Berdasarkan Sumber Energi
1.       Jasad Fototrof :  jika menggunakan energi cahaya
2.       Jasad Khemotrof : jika menggunakan energi dari reaksi kimia
Jika didasarkan atas sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad Fotoototrof, Fotoheterotrof, Khemoototrof dan Khemoheterotrof

Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
1.       Jasad Aerob ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satu-satunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya
2.       Jasad Anaerob, sering disebut anaerob obligat ialah jasad yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses respirasinya
3.       Jasad Mikroaerob ialah jasad yang hanya memerlukan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit
4.       Jasad Aerob Fakultatif ialah jasad yang dapat hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran
5.       Jasad Kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi

C.      MEDIUM PERTUMBUHAN MIKROBA
Susunan dan kadar nutrisi suatu medium harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal, jika kadarnya terlalu tinggi akan menjadi zat penghambat atau racun bagi mikroba yang menyebabkan aktivitas metabolisme, pertumbuhan mikroba, dan aktivitas fisiologi dapat terganggu hingga dapat mati.
Medium memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada jenis jasad yang ditumbuhkan
Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga untuk mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa komponen penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer.


1. Medium Dasar/Basal Mineral
Medium yang mengandung campuran senyawa anorganik yang selanjutnya ditambah zat lain apabila diperlukan
2. Medium Sintetik
Medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya telah diketahui dengan pasti
3. Medium Kompleks
Medium yang susunan kimianya belum diketahui dengan pasti
4. Medium Diperkaya
Medium yang ditambah zat tertentu yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis mikroba tertentu

4.       Enzim Mikroba      
        Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator) yang dihasilkan oleh sel yang berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia
Setelah reaksi berlangsung, enzim tidak mengalami perubahan jumlah, sehingga jumlah enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap
Enzim mempunyai selektivitas dan spesifitas yang tinggi terhadap reaktan yang direaksikan dan jenis reaksi yang dikatalisasi
A.      MEKANISME BEKERJANYA ENZIM
1.       Enzim meningkatkan kecepatan reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi
2.       Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk mengaktifkan suatu reaktan sehingga dapat bereaksi untuk membentuk senyawa lain
3.       Saat berlangsungnya reaksi enzimatik terjadi ikatan sementara antara enzim dengan substratnya (reaktan) yang bersifat labil dan hanya untuk waktu yang singkat saja. Selanjutnya ikatan enzim-substrat akan pecah menjadi enzim dan hasil akhir
4.       Enzim yang terlepas kembali setelah reaksi dapat berfungsi lagi sebagai biokatalisator untuk reaksi yang sama
B.      STRUKTUR ENZIM
§  Pada umumnya enzim tersusun dari protein, dapat berupa protein sederhana atau protein yang terikat pada gugusan non-protein
§  Dialisis enzim dapat memisahkan bagian-bagian protein, yaitu bagian protein yang disebut apoenzim dan bagian nonprotein yang berupa koenzim, gugus prostetis dan kofaktor ion logam. Masing-masing bagian tersebut apabila terpisah menjadi tidak aktif.
§  Apoenzim apabila bergabung dengan bagian nonprotein disebut holoenzim yang bersifat aktif sebagai biokatalisator
§  Koenzim dan gugus prostetik berfungsi sama. Koenzim adalah bagian yang terikat secara lemah pada apoenzim (protein), sedangkan gugus prostetik adalah bagian yang terikat dengan kuat pada apoenzim
§  Koenzim berfungsi menentukan jenis reaksi kimia yang dikatalisis enzim

C.  PENGGOLONGAN ENZIM
Umumnya pemberian nama enzim didasarkan atas nama substrat yang dikatalisis atau daya katalisisnya dengan penambahan kata –ase, misal proteinase adalah enzim yang dapat mengkatalisis pemecahan protein
1.       Berdasarkan tempat bekerjanya
a. Endoenzim, disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel
b. Eksoenzim, disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel
2.    Berdasarkan daya katalisis
a.       Oksidoreduktase, mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan elektron, hidrogen, atau oksigen
b.      Transferase, mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke molekul yang lain
c.       Hidrolase, mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis
d.      Liase, mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis
e.      Isomerase, mengkatalisis reaksi isomerisasi
f.        Ligase, mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat
g.       Enzim lain dengan tatanama berbeda, enzim yang penamaannya tidak menurut cara di atas, misalnya enzim pepsin
3 . Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya
a.       Enzim konstitutif, enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya, misalnya: enzim amilase
b.      Enzim adaptif, enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat, contoh: enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI ENZIMATIK
1.       Substrat (reaktan) Penambahan kadar substrat sampai jumlah tertentu dengan jumlah enzim yang tetap, akan mempercepat reaksi enzimatik sampai mencapai maksimum. Namun penambahan substrat selanjutnya tidak akan menambah kecepatan reaksi .
2.       Suhu Kenaikan suhu sampai optimum akan diikuti pula oleh kenaikan kecepatan reaksi   enzimatik
3.       Kemasaman (pH)pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim, daya katalisis enzim menjadi rendah pada pH rendah maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi protein enzim
4.        Penghambat Enzim (Inhibitor) . Inhibitor enzim adalah zat atau senyawa yang dapat menghambat enzim dengan beberapa cara penghambatan, yaitu Penghambat Bersaing (Kompetitif), Penghambat Tidak Bersaing (Non-kompetitif), Penghambat Umpan Balik (Feed Back Inhibitor), Penghambat Represor,  dan Penghambat Alosterik
5.        Aktivator (Penggiat) atau Kofaktor. Aktivator atau kofaktor adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan enzim yang semula belum aktif. Enzim yang belum aktif disebut pre-enzim atau zymogen (simogen).
6.       Penginduksi (Induktor) Induktor adalah suatu substrat yang dapat merangsang pembentukan enzim.

5.       Bioenergetik Mikroba
Bioenergetik mikroba mempelajari penghasilan dan penggunaan energi oleh mikroba. Mikroba melakukan proses metabolisme yang terdiri atas katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan proses perombakan bahan disertai pembebasan energi (reaksi eksergonik). Anabolisme merupakan proses biosintesis yang memerlukan energi (reaksi endergonik).
  1. BIOOKSIDASI DAN PEMINDAHAN ENERGI
  • Energi yang berasal dari cahaya harus diubah menjadi energi kimia sebelum digunakan dalam reaksi endergonik
  • Dalam sel, energi kimia terdapat dalam bentuk gugus organik berenergi tinggi. yang mengandung S atau P,  Adenosin trifosfat (ATP) salah satu gugus berenergi tinggi yang terpenting
  • Energi yang dibebaskan ATP tergantung pada keadaan hidrolisisnya, terutama pH dan kadar reaktan. Meskipun ATP mengandung 2 fosfat berenergi tinggi, dalam reaksi umumnya hanya satu fosfat berenergi tinggi digunakan untuk aktivasi
  • Oksidasi dalam sel dikatalisis oleh enzim yang mempunyai kofaktor atau gugus prostetis
B. FERMENTASI
Suatu reaksi oksidasi-reduksi disebut fermentasi (respirasi anaerob) apabila sebagai aseptor elektron yang terakhir bukan oksigen, dan fermentasi merupakan bagian perombakan gula secara anaerob
Banyak jasad yang dapat melakukan fermentasi lewat (jalur) rangkaian reaksi kimia tertentu, antara lain melalui jalur:
1.       Jalur Emden-Meyerhof-Parnas (EMP) .Reaksi ini disebut glikolisis, pemecahan gula secara anaerob sampai asam piruvat yang dilakukan oleh kebanyakan jasad dari tingkat tinggi hingga tingkat rendah
2.       Jalur Entner-Doudoroff (ED). Reaksi ini dilakukan oleh beberapa jasad antara lain Pseudomonas sp. yang dapat membentuk alkohol dari gula lewat jalur ini
3.       3. Jalur Heksosa Mono Fosfat (HMP).Reaksi ini berguna untuk membentuk gula pentosa dan lain-lain untuk keperluan biosintesis terutama membentuk NADPH2
4.       4. Jalur Heterofermentatif bakteri asam laktat. Pada fermentasi secara heterofermentatif selain asam laktat dihasilkan pula asam asetat, etanol, dan CO2
5.       5. Jalur Metabolisme asam piruvat secara anaerob. Banyak jasad anaerob yang mempunyai enzim berbeda-beda yang digunakan dalam perombakan asam piruvat
C. RESPIRASI
Respirasi adalah proses oksidasi biologis dengan O2 sebagai aseptor elektronnya yang terakhir.
Pada jasad eukariotik proses ini terjadi di dalam mitokondria, sedang pada jasad prokariotik terjadi di bawah membran plasma atau pada mesosome . Proses ini adalah fase kedua yang aerob dari perombakan gula fase pertama yang anaerob (glikolisis). Pada respirasi dihasilkan banyak energi yang dapat digunakan untuk proses biosintesis . Reaksi ini lewat bagan terutama siklus Krebs, meskipun ada yang lewat terobosan asam glioksilat.
Fotosintesis menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Proses ini menggunakan pigmen klorofil untuk mengabsorpsi energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Jika klorofil terkena cahaya, akan mengabsorpsi sebesar h sehingga terangsang dan membebaskan elektron; klorofil menjadi bermuatan positif, elektron yang lepas akan bergerak lewat sistem transpor elektron dan kembali ke pusat reaksi klorofil
E. PENGGUNAAN ENERGI OLEH JASAD
Energi digunakan dalam setiap reaksi endergonik dan reaksi eksergonik. Untuk memulai reaksi diperlukan energi aktivasi. Dalam setiap reaksi enzim mempunyai peranan penting. Proses yang memerlukan energi antara lain proses biosintesis molekul kecil dan molekul makro, yang akhirnya menuju ke pertumbuhan dan pembiakan; penyerapan unsur makanan, gerak, dan sebagainya.
F. KATABOLISME MAKROMOLEKUL
Terjadi proses peruraian, antara lain:
1.       Peruraian Karbohidrat
2.       Peruraian Lemak
3.       Peruraian Protein
4.       Peruraian Asam Nukleat
Dibantu oleh enzim, dan selanjutnya dimetabolisme lewat siklus Krebs. Contoh Autochthonous dan Allochthonous adalah Diatom. Dari sumbernya diatom dapat di kelompokan kedalam Diatom asli perairan (Autochthonous) dan Diatom yang berasal dari luar perairan (Allochthonous). Pada daerah-daerah pantai atau estuari yang banyak terdapat vegetasi seperti lamun (seagrass) dan Macroalga, perairan tersebut kebanyakan di jumpai kelompok Diatom asli yang berasal dari perairan (autochthonous) yang umumnya berasal dari epifit yang melekat pada macrofit. Kelompok diatom ini juga dikenal dengan epiphytic diatome”